Mengenal Kurikulum Prototipe (pixabay.com/sasint-3639875)

Mengenal Kurikulum Prototipe, Siswa Kini Bebas Pilih Mata Pelajaran

Kurikulum Prototipe merupakan penerapan kurikulum yang dirilis oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) di tahun 2022.

Kemendikbudristek mengatakan Kurikulum Prototipe bukanlah kurikulum baru seperti yang disangkakan banyak orang. Kurikulum Prototipe hanyalah penyempurnaan dari Kurikulum 2013 yang sampai saat ini masih tetap berlaku dan dapat digunakan.

Kurikulum Prototipe bersama dengan Kurikulum Darurat nantinya akan menjadi alternatif atau pilihan acuan pembelajaran bagi satuan pendidikan yang berminat atau siap. Jadi bukanlah suatu keharusan.

Kebijakan ini juga kelanjutan dari kebijakan pembelajaran yang diluncurkan pada Agustus 2020 sebagai respons terhadap pandemi Covid-19.

Menggunakan Istilah Capaian Pembelajaran (CP)

Di kurikulum sebelumnya, kita mengenal istilah Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) sebagai kompetensi yang harus dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran.

Namun dalam Kurikulum Prototipe, dua istilah tersebut diganti menjadi Capaian Pembelajaran (CP) yang merupakan rangkaian pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai suatu proses untuk mengembangkan kompetensi bagi siswa.

Konsekuensinya, asesmen yang dikembangkan akan mencakup seluruh capaian pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Mengganti Jumlah Jam Pelajaran Menjadi Per Tahun

Jika dalam kurikulum sebelumnya penetapan jumlah jam pelajaran berlaku per minggu, kini jumlah jam pelajaran ditetapkan per tahun sehingga sekolah memiliki fleksibilitas dalam mengatur pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

Suatu mata pelajaran bisa diajarkan pada semester ganjil atau dapat dilakukan sebaliknya, selama bukan merupakan prasyarat atau bahan ajar yang bersifat vertikal.

Selain itu pembelajaran tematik yang sebelumnya hanya terbatas pada kelas 4, 5, dan 6 SD saja, kini bisa diterapkan pada jenjang SMP dan SMA. Sebaliknya, pada jenjang SD juga bisa dilakukan pembelajaran berbasis mata pelajaran, bukan tematik semata.

Menerapkan Pembelajaran Kolaboratif

Kurikulum Prototipe juga akan menerapkan pembelajaran kolaboratif. Penerapannya akan berbentuk project, yang bertujuan mengembangkan profil pelajar Pancasila melalui pengalaman pembelajaran dan mengintegrasikan kompetensi esensial yang dipelajari peserta didik dari berbagai disiplin ilmu.

Pembelajaran berbasis project ini dinilai juga akan membantu guru dalam mengembangkan soft skill siswa dan dapat mempersiapkan siswa dengan pengetahuan dan kompetensi sesuai dengan tuntutan zaman.

Selain itu, Kurikulum Prototipe juga akan mengaktifkan kembali mata pelajaran TIK (teknologi informasi dan komunikasi) yang diberi nama Informatika. Mata pelajaran ini akan mulai diajarkan pada jenjang SMP.

Melebur IPA dan IPS menjadi IPAS

Mata pelajaran IPA (ilmu pengetahuan alam) dan IPS (ilmu pengetahuan sosial) pada jenjang SD kelas 4, 5, dan 6 yang selama ini berdiri sendiri, kini akan diajarkan secara bersamaan melalui IPAS.

Akan ada perubahan di jenjang SMA terkait penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa. Siswa kelas 10 hanya akan menyiapkan diri untuk menentukan pilihan mata pelajaran di kelas 11.

Selanjutnya di kelas 11 dan 12, siswa akan mengikuti mata pelajaran dari kelompok mata pelajaran wajib, dan memilih mata pelajaran dari kelompok MIPA, IPS, Bahasa, dan Keterampilan Vokasi sesuai minat dan bakat mereka masing-masing.

Kriteria Sekolah yang Boleh Menerapkan Kurikulum Prototipe

Kriteria sekolah yang menerapkan kurikulum ini hanya ada satu, yakni berminat menerapkan Kurikulum Prototipe untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

Kepala sekolah yang ingin menerapkannya akan diminta untuk mempelajari materi yang disiapkan oleh Kemendikbudristek tentang konsep Kurikulum Prototipe.

Kesiapan sekolah tentu akan berbeda-beda. Oleh karena itu Kemendikbudristek menyiapkan skema tingkat penerapan kurikulum, yakni:

  1. Sekolah yang sudah terbiasa mengadaptasi materi dan kerangka kurikulum akan disarankan untuk mengadopsi Kurikulum Prototipe secara penuh kemudian diberi penguatan dan rekognisi formal.
  2. Sekolah yang belum terbiasa mengadaptasi materi dan kerangka kurikulum akan disarankan untuk mencoba menerapkan secara parsial.

Jadi, Kurikulum Prototipe hanya untuk sekolah yang sudah siap, baik itu sekolah yang memiliki fasilitas yang bagus atau sekolah yang berada di perkotaan.

Sumber: Diolah dari berbagai sumber.

Share this post